Barangkali sisa dari hujan semalam membuat pagi ini sedikit
lesu. Empuknya kasur masih membuat diri bermalas-malas untuk bersegera
berangkat kerja. Pagi ini hampa, meski semangat kostrad berkali-kali ku
teriakkan dalam hati tetap tak lantas membuat kehampaan itu hilang. #huft
Dering hape menyadarkanku bahwa bukan karena sisa hujan
semalam, bukan karena yang lain libur sementara jam kerjaku tetap ada atau
sarapan pagi yang jauh dari ekspetasi yang membuat pagi ini tak bersemangat
sama sekali. Sama sekali bukan. Aku masih terkungkung dengan suasana seminggu
silam. Yang menyita seluruh pusat perhatianku. Aku dan perjalanan itu.
Aku, kerap dibuat irasional dengan polemik itu. Ah, bukan
bukan. Karena iman ku saja yang sering down. Truk itu bahkan beberapa detik
lagi akan menelanku, astagfirullah. “Bawa motor jangan melamun nona”, sekilas
teriakan itu seperti mengembalikan diriku seutuhnya. Aku tak kenal dengan
profesionalitas, yang ku tau masalahku harus segera di selesaikan. Lagi, sifat
korelisku mengambil peran terlalu besar. Aku tak bisa bersabar barang sedikit,
aku terlalu mendramatisir keadaan. Arghh, seringkali ku tersedih jika mengingat
semua keakuanku.
Polemik itu telah pergi, ia menyisakan hampa yang kadang
sering singgah tanpa permisi. Bukan tentang masalah itu, namun tentang segala
keakuanku. Aku semoga menjadi pribadi yang dewasa setelah ini. Aamiin
Maaf untuk Dia
6 Oktober 2016