Untuk masa-masa yang telah lalu, ada
banyak kenangan yang datang bertalu-talu. Menjelma dalam sebait kata bernama
rindu. Walau berat tapi katamu aku akan mampu. Terbersit hasrat untuk bertemu
walau dipisah jarak dan waktu.
Untuk masa-masa yang telah
terlewati, ada keinginan untuk mengulang kembali apa yang dulu pernah dijejaki.
Enggan beranjak dari kenyamanan hati yang walau pernah disakiti tapi tidak ada
hasrat untuk membenci. Islam itu murni, begitu yang kupahami. Sayang, waktu
tidak pernah menunggu barang sehari. Ia terus merangkak maju dan pada akhirnya
memisahkan insan-insan yang saling melengkapi.
Untuk masa-masa kelam diwaktu dulu. Ada rasa penyesalan kenapa diri merasa terlalu lugu. Seperti kapal yang terombang-ambing pasrah dihempas ombak yang mendayu. Kenangan buruk itu terus hadir bak benalu. Menyayat hati yang compang-camping akibat dosa yang terlalu. Tapi segenap terima kasih untukMu Rabbku. Atas ketidaknyamanan hati akan perangai yang terdahulu. Aku yang kini bukanlah aku yang dahulu. Aku yakinkan itu.
Untuk masa-masa yang tengah ditapaki.
Perihnya cobaan ternyata mampu menggoyahkan nurani. “Hidup itu keras, kelak kau
akan merasai” begitu katamu suatu kali. Aku semakin tak percaya ternyata diluar
sungguh bertabur benci. Tak sekali jiwa menjerit mendapati kenyataan yang
sungguh berlawanan dengan hati. Inginku engkau selalu berada disisi. Sungguh
masih terlalu rapuh kaki ini untuk berdiri sendiri. Tapi percuma mengharapkanmu
kembali. Katamu aku memang disiapkan untuk ini.
Untuk masa-masa yang akan datang.
Banyak harap di atas tangan yang terbentang. Berharap diri semakin baik dari
petang ke petang. Apapun yang buruk dimasa lampau semoga tidak lagi terulang.
Terima kasih untukmu yang disana membuatku sadar bahwa hidup sejatinya untuk
berpulang. Maka tidak ada pilihan selain menyiapkan hati, jiwa, raga juga
nurani untuk satu kata yaitu berjuang.
Aamiin.
BalasHapusSpeechless saya bacanya, terimakasih uni ^_^