Salah satu keuntungan bergabung
dalam suatu komunitas adalah kenal dengan teman-teman dari berbagai belahan
pulau. Meski tidak bertemu secara fisik, kita seperti sudah saling mengenal. Tentang
kebiasaan, hobi dan berbagai aktivitasnya. Dan kabar baik berikutnya adalah
kalian bisa saling tatap muka bahkan bukan tidak mungkin salah satu dari mereka
akan menjadi separuh hidup kalian kelak.
Saya pertama kali mendapati kabar
baik itu pada Jumat lalu, salah seorang teman dalam komunitas Indonesia Membaca berkunjung ke negeri
yang dikenal dengan Seribu Rumah Gadang yaitu Sumatera Barat. Namanya Mba V, begitu
kami sering memanggilnya. Dia adalah anak Jakarta yang dikenal suka membaca dan
juga nonton. Awal perkenalan kami adalah karena sama-sama tergabung dikomunitas
itu. Lalu berlanjut ke pertemanan diberbagai media sosial. Sepanjang pengetahuan
saya V ini anaknya asyik, luwes dan bisa bergaul dengan siapa saja. Kekinian banget lah.
V berkunjung ke Padang dalam
rangka tour bersama rekan-rekan di
Perusahaan tempat dia bekerja dulunya. Tour itu
berlangsung selama tiga hari dan agendanya padat banget, mengelilingi Sumatera Barat. Bahkan beberapa tempat yang
akan dikunjunginya belum pernah saja jejaki sebelumnya. How poor I am. Jadilah V mengabari saya terkait hal itu, mumpung ke
Padang barangkali bisa bertemu.
Dijadwal yang tertera, hanya Jumat
siang yang memungkinkan saya untuk bisa bertemu dengannya. Yaitu saat makan
siang di Rumah Makan Lamun Ombak. Berhubung tanggal merah dan yang terpenting
saya free, eh mendadak paginya atasan
memberitahu ada pertemuan pukul 10.00, saya mulai khawatir jika akan memakan
waktu yang lama. Pukul 11.45 pertemuan itu selesai dan saya berencana
bersiap-siap untuk ke lokasi V makan siang.
Jarak tempuh rumah saya ke RM
Lamun Ombak adalah sekitar 45 menitan. Matahari serasa tepat berada di atas
kepala ketika saya balik dari pertemuan, panas yang terik membuat tubuh sedikit
merasa letih. Sambil menunggu konfirmasi dari teman yang akan diajak, saya istirahat
sebentar dan akhirnya tertidur.
Pukul 14.35 saya terbangun, lalu
bergegas mengirim pesan ke V. Karena jam segitu harusnya dia sudah dalam
perjalanan menuju Danau Singkarak. “Ini baru nyampe di LO.” Begitu jawabnya saat saya tanya posisinya lagi
dimana. Tanpa mikir panjang saya bergegas ganti baju dan segera menuju lokasi. Ditengah
jalan perut ini tidak bisa diajak kompromi, saya lupa belum makan siang waktu itu. Jika
berhenti untuk makan walau sebentar bisa dipastikan kami tidak akan bertemu.
Saya sebenarnya tipikal orang
yang pemalu jika bertemu dengan orang baru. Karena tidak ada pilihan akhirnya pergi sendiri tanpa
ditemani sesiapa, karena teman yang diajak tidak bisa ikut menemani. Rekor, cuy. Adzan ashar berkumandang sesaat sebelum
saya sampai di LO. Sesampai saya di lokasi bertepatan dengan mobil yang
ditumpangi V akan berangkat. Saya parkir tepat di depan mobil itu. Untungnya V
cepat merespon chat saya, karena
pulsa lagi kosong waktu itu.
“Mbak Dika, ya?” kata yang keluar
dari V sesaat setelah dia turun dari mobil. Saya tepat berdiri disamping
mobil yang ditumpanginya.
“Iya” Jawabku sedikit kikuk. Kami
ngobrol beberapa patah kata, sampai akhirnya V sudah dipanggil untuk berangkat
ke perjalanan berikutnya. Sebelum pergi saya titipkan buku yang sebelumnya
memang sudah saya siapkan untuk diberikan padanya. Sebuah buku dari Ustadz
Salim A.Fillah, Agar Bidadari Cemburu Padamu. Buku yang begitu berkesan dalam
proses hijrah saya tahun 2010 silam. Semoga kelak juga memberikan semangat yang
sama untuk V, begitu harapannya.
Pertemuan itu memang singkat,
tidak genap 5 menit. Tapi cukup berkesan berkat perawakan dan pembawaannya yang
ramah. Semoga lain waktu bisa bertemu lagi, juga buat teman-teman lainnya berharap
ada kesempatan untuk kita saling tegur sapa, bukan dimedia sosial tapi didunia
nyata.
Sumber gambar : http://www.windiland.com/2017/09/identitas-dunia-nyata-vs-dunia-maya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar