Selasa, 23 Januari 2018

Generasi 90-an


Sesuatu yang telah tertinggal terlalu lama akan sangat mengasyikkan untuk di ulas kembali dalam masa yang berbeda. Begitu yang ku dapati siang kemaren. Menu makan siang waktu itu, “belut goreng” berhasil membuat kami cekikikan tiap kali salah seorang dari kita mulai bercerita tentang masa kecilnya. Kami adalah generasi 90an, jika kalian merasa segenerasi, boleh ikut koment dibawah keseruan-keseruan kalian yang tak kami dapati. Seru parah ! LOL

Berikut kenangan-kenangan kami yang tertinggal di tahun 90an yang tidak pernah kami temui di kids jaman now
  • Tangkap Belut
Belut menjadi pembuka cerita kami siang tadi. Saat kutawarkan menu makan siangku pada salah seorang temanku, seketika dia langsut menggeliat. “Apa yang salah? Enak kok”, jawabku sekenanya. Dia kemudian cerita panjang lebar tanpa kutanya. Sepulang sekolah menangkap belut adalah aktivitas yang selalu dilakukannya. Kamu tahu kan ya, mencari belut dimana? Bahkan temanku ini sampai tau mana lubang yang ada belutnya. Dia juga tahu lubang ini belutnya gede apa kecil. Dari hasil perburuannya belut itu dibawa pulang, dikuliti lalu dimasak. Semua dilakukannya dengan tangannya sendiri. Tapi aku masih gak tau sih alasannya gak suka makan belut, mungkin dia takut aku juga akan bernasib sama dengannya. Haha.
  • Main lompat tali
Jangan ngebayangin main lompat tali anak 90an dengan anak 2000an. Beda cuy... Bagi kamu yang tinggal di daerah pedesaan tentu akan gampang menerka seperti apa tali yang kami gunakan dahulunya. Yap, tali dari akar pepohonan. Talinya lumayan berat, kelamaan mutar tali bisa-bisa tangan kita bisa kebas. Sebenarnya gak juga sih, kami dulu sellow aja. Tapi kalo kena pas tali diputar itu sakitnya lumayan lho. Jika main lompat tali tiba, kami selalu menggunakan tali jenis ini.
  • P**p kerbau
Sory jika poin ini sedikit jorok. Kamu yang ditinggal dikota gak akan pernah ngerasain keseruan kami yang satu ini. Atau jangan-jangan belum pernah lihat kerbau secara real? Hihii.. dikampung kami dulu banyak yang punya piaraan hewan yang satu ini. Karena mayoritas penduduk kampung adalah petani, maka kerbau pun menjadi hewan yang terbilang ramai menghuni kampung. Biasanya siang sepulang sekolah atau sore sepulang ngaji biasanya ada onggokan besar di tengah jalan yang mengalahkan pesona bunga melati di halaman tetangga. Kami saling berebut melempari dengan batu. Alhasil onggokan itu seperti kue dikasih toping. Haha maap jorok. Kami dulu selalu begitu, baru berhenti jika ada yang menyoraki. 
  • Bertudung daun pisang
Kami bukan anak cengeng yang pergi sekolah diantar lalu pulangnya juga dijemput. Meski lokasi sekolah terbilang jauh, tapi jalan kaki rame-rame selalu menjadi hal yang kami rindukan jika libur telah tiba. Sambil jinjing sepatu takut tapalnya cepat habis karena jauhnya perjalanan sementara sepatu itu adalah sepatu kesayangan. Yang menjadi spesial adalah jika gerimis atau hujan mulai membungkus kampung. Kami jarang menepi dan menunggu hujan reda,namun terus menyusuri hujan berpayungkan daun pisang sambil bersenandung menghentak-hentak melawan hujan.
  •  Bola bayur
Aku cukup beruntung punya teman yang rumahnya dekat hutan. Seenggaknya ibuku gak cemas memikirkan kemana aku pergi main. Setelah makan siang sepulang sekolah biasanya kami menyambangi rumah teman kami ini. Salah satu keseruan yang sering kami lakukan adalah mencari daun bayur untuk dibikin bola. Karena dihutan biasanya batang bayur tumbuh liar dalam jumlah banyak. Kami seperti mencari harta karun, berlarian saling mendahului untuk mendapat daun yang segar. Jika waktu pencarian sudah selesai, kami saling bertanding bola siapa yang paling gede diantara kita.

Itu adalah sedikit dari sekian pengalaman kami semasa kecil yang tak pernah kami dapati pada generasi phi ini. Masa dimana kejahatan nyaris tidak terdengar karena luhur dan budi pekerti yang masih erat dirasakan. Sehingga orang tua kami sama sekali tidak perlu mencemaskan keberadaan kami yang hilang selepas sekolah lalu pulang saat jam mengaji tiba. Itulah masa-masa yang akan selalu kami rindukan. Terima kasih belut, sudah membuka obrolan kami. Dan pada akhirnya terangkum dalam tulisan yang cacat sana-sini. Salam dari kami generasi 90an 

Source gambar :
https://www.google.co.id/search?q=generasi+90an&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwioo-Dw_OzYAhXDq5QKHQiGCb8QsAQINA&biw=1094&bih=511#imgrc=PfQ5k2XVmf75TM:



5 komentar:

  1. Balasan
    1. Daun yang berasal dari pohon bayur. kayunya berkualiatas tinggi, harganya cukup mahal dipasaran. begitu sih yg ku tau kak :)

      Hapus
  2. wah... kayaknya asyik ya kak.
    suka kata-kata penutupnya, keren...
    Masa dimana kejahatan nyaris tidak terdengar karena luhur dan budi pekerti yang masih erat dirasakan.
    Jadi rindu masa kecil dulu.

    BalasHapus