Rabu, 24 Januari 2018

Hujan 24 Januari

Dentang jam di dinding menunjukkan pukul 09.05. Pagi merangkak pergi perlahan. Sendu yang dihadirkan seperti memaksa menunda kedatangan mentari yang ingin menyapa. Langit tidak terlalu gelap, namun semilir angin yang dihadirkan seperti mengajak hujan agar menemaninya.

8 menit berselang, genteng mulai terdengar berirama. Agaknya hujan mempercepat kedatangannya kali ini. Meleset dari perkiraanku yang semula kutaksir 30 menit lagi.
Pagi yang sendu dikawani hujan. Ah, pagi ini sempurna dengan balutan selimut dan sekeping buku di tangan. Sungguh syahdu, sayangnya kondisi itu hanya ada di anganku. Realita membawaku pada situasi yang membuatku malas pagi ini. Kerja, kerja dan kerja.
Pukul 09.42 hujan seperti melampiaskan dendamnya. Datang bertubi-tubi tanpa ampun membawa kawan sang angin, menerjang siapa saja yang masih nekat menghadangnya dijalanan. Satu dua orang tetap tidak peduli. Terus menyusuri hujan ke tempat yang dituju. Beberapa orang memilih menepi menghindar dari keganasannya pagi ini.

Baiklah, hujan kali ini sepertinya mampu menghiburku. Bagaimanapun juga, rasa malas ini mesti ku buang hingga ke akarnya. Tidak fair jika terus ke inapkan sementara batinku terus menolak keberadaannya sejak tadi. Aku saja yang ngeyel membawanya serta hingga ke 1/3 jam kerja. Ku bawa bola mata menatap pemandangan keluar jendela, ada banyak keindahan pagi ini yang bisa kurasa.

Hujan tampaknya masih belum mau di ajak bersahabat. Namun jalanan tetap tidak pernah lengang. Ada saja yang hilir mudik dengan kendaraannya, tidak sedikit yang jalan kaki membawa koper, tas, dan barang bawaan lain yang tak bisa ku terka. Pemandangan ini seperti membawaku ke alam sadar. Apapun yang terjadi pada diri kita adalah karena kita izinkan ia masuk ke dalamnya. Seperti malas yang kurasa, barangkali satu dari mereka yang di luar sana bahkan berhak menyandang rasa malas itu. Karena tidak punya kendaraan barangkali, atau karena hujan yang agak deras pagi ini. Hanya saja mereka terus bergerak, menyingkirkan apa saja yang tidak perlu mereka bawa. Persis seperti aku yang mengizinkan rasa malas itu masuk lalu merawatnya sementara waktu.

Terima kasih hujan telah hadir sepagi ini, keberadaanmu mampu meluruhkan malas yang sedari tadi menemani.

https://gudeg.net/cni-content/uploads/files/images/hujan.jpg

12 komentar:

  1. dan aku masih di sini dalam alam kemalasan...
    kata-katanya keren mbak...
    suka... ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu pengunjung setiaku y kk, terharu deh 😅

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Semangat-semangat hahaha..
    Pagi hujan bikin males memang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ada suhu, makasih sudah berkunjung bg ☺

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  3. Sekarang musim hujan, cerita ini pas banget sama kondisi sekarang, hujan oh hujan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hujan membawa berkah insya Allah bun 😊

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Penyuka larik puisi walau tidak tau bagaimana merangkai kata-kata 😆 #apasih

      Hapus
    2. Penyuka larik puisi walau tidak tau bagaimana merangkai kata-kata 😆 #apasih

      Hapus