Dentang jam di dinding
menunjukkan pukul 09.05. Pagi merangkak pergi perlahan. Sendu yang dihadirkan seperti
memaksa menunda kedatangan mentari yang ingin menyapa. Langit tidak terlalu
gelap, namun semilir angin yang dihadirkan seperti mengajak hujan agar menemaninya.
8 menit berselang, genteng mulai
terdengar berirama. Agaknya hujan mempercepat kedatangannya kali ini. Meleset dari
perkiraanku yang semula kutaksir 30 menit lagi.
Pagi yang sendu dikawani hujan. Ah, pagi ini sempurna dengan balutan selimut dan sekeping buku di tangan. Sungguh syahdu, sayangnya kondisi itu hanya ada di anganku. Realita membawaku pada situasi yang membuatku malas pagi ini. Kerja, kerja dan kerja.
Pagi yang sendu dikawani hujan. Ah, pagi ini sempurna dengan balutan selimut dan sekeping buku di tangan. Sungguh syahdu, sayangnya kondisi itu hanya ada di anganku. Realita membawaku pada situasi yang membuatku malas pagi ini. Kerja, kerja dan kerja.
Pukul 09.42 hujan seperti
melampiaskan dendamnya. Datang bertubi-tubi tanpa ampun membawa kawan sang
angin, menerjang siapa saja yang masih nekat menghadangnya dijalanan. Satu dua
orang tetap tidak peduli. Terus menyusuri hujan ke tempat yang dituju. Beberapa
orang memilih menepi menghindar dari keganasannya pagi ini.
Baiklah, hujan kali ini
sepertinya mampu menghiburku. Bagaimanapun juga, rasa malas ini mesti ku buang
hingga ke akarnya. Tidak fair jika
terus ke inapkan sementara batinku terus menolak keberadaannya sejak tadi. Aku saja yang
ngeyel membawanya serta hingga ke 1/3
jam kerja. Ku bawa bola mata menatap pemandangan keluar jendela, ada banyak
keindahan pagi ini yang bisa kurasa.
Hujan tampaknya masih belum mau
di ajak bersahabat. Namun jalanan tetap tidak pernah lengang. Ada saja
yang hilir mudik dengan kendaraannya, tidak sedikit yang jalan kaki membawa
koper, tas, dan barang bawaan lain yang tak bisa ku terka. Pemandangan ini
seperti membawaku ke alam sadar. Apapun yang terjadi pada diri kita adalah
karena kita izinkan ia masuk ke dalamnya. Seperti malas yang kurasa, barangkali
satu dari mereka yang di luar sana bahkan berhak menyandang rasa malas itu. Karena
tidak punya kendaraan barangkali, atau karena hujan yang agak deras pagi ini.
Hanya saja mereka terus bergerak, menyingkirkan apa saja yang tidak perlu
mereka bawa. Persis seperti aku yang mengizinkan rasa malas itu masuk lalu
merawatnya sementara waktu.
Terima kasih hujan telah hadir
sepagi ini, keberadaanmu mampu meluruhkan malas yang sedari tadi menemani.
https://gudeg.net/cni-content/uploads/files/images/hujan.jpg
dan aku masih di sini dalam alam kemalasan...
BalasHapuskata-katanya keren mbak...
suka... ^_^
Kamu pengunjung setiaku y kk, terharu deh 😅
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSemangat-semangat hahaha..
BalasHapusPagi hujan bikin males memang..
Wah ada suhu, makasih sudah berkunjung bg ☺
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSekarang musim hujan, cerita ini pas banget sama kondisi sekarang, hujan oh hujan...
BalasHapusHujan membawa berkah insya Allah bun 😊
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusPara penikmat hujan ❤❤
BalasHapusPenyuka larik puisi walau tidak tau bagaimana merangkai kata-kata 😆 #apasih
HapusPenyuka larik puisi walau tidak tau bagaimana merangkai kata-kata 😆 #apasih
Hapus