Minggu, 18 Februari 2018

Tentang Cuaca

Kenalin nama gue Cuaca. Lahir di bulan januari disaat gelap buta. Emak gue akhirnya bangga saat gue lahir punya dua mata. Gue anak ketiga dari satu bersaudara. Eh? Ya, iyain aja. Si Emak gak suka kalo omongannya gak ada yang bela. Termasuk bapak, yang akhirnya kepaksa urut dada saat emak maksa bahwa gue harus dikasih nama Cuaca. Kata Mak sih biar gue dibesarin seperti cuaca biar keren gitu katanya. Ah entahlah, berdebat dengan emak gak akan ada habisnya.

Dua hari lalu gue genap berusia 14 belas tahun dan tadi baru balik dari kantin. Lo bisa nebak gak jenis kelamin gue apa? Coba dulu Mak ngasih nama gue Udara. Biar lo gak bingung gitu nebak–nebak jenis kelamin gue. Gue tinggal di daerah Kemayoran Lama. Disebuah rumah yang dulunya adalah sepetak sawah yang ditimbun. Terdiri dari 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan tidak disewakan.

Ada keahlian khusus yang gue punya dan dijamin lo bakal ngiri. Jadi bakat itu selalu gue praktikin pas upacara bendera. Karenanya gue dapat reward siswa terdisiplin ketika upacara.

“Wih keren lo, Cu. Rahasianya apa sih? kok bisa anteng gitu saat berbaris? Membosankan tau berdiri sampe sejaman” Tanya Amo teman sekelasku saat makan siang di kantin.

“Mo, sini.” Kataku, sambil setengah berbisik. “Gue bakal kasih tau. Tapi ini jadi rahasia kita, ya”

“Ok” Jawabnya ringkas sambil mengeluarkan jempol kanannya.

“Baca do’a, anggap lo lagi di kasur dan tidur.” Gue ngakak sambil nyeruput es degan yang terletak di sisi kanan meja. “Demi berhasil mendapatkan jurus ini, selama 4 tahun di SD gue selalu paling akhir masuk kelas tiap Senin. Karena harus hormat bendera selama 15 menit setelah upacara selesai. Akhirnya perjuangan gue gak sia-sia, Mo” Jawabku masih dengan tawa sambil memamerkan sertifikat yang tadi diperoleh.

Amo membalas dengan tawa yang tidak kalah gede. Membuat seisi kantin jadi menoleh.

“Gila, Lo. Dikira khidmat mengikuti upara, malah molor” Katanya masih dengan tawa yang belum juga reda.

Gue hanya mengangkat krah baju belagak sok keren. Aslinya emang keren sih. Itu yang Mak sering bilang ke gue. "Cuaaaa, kamu keren nak." Itu kata-katanya yang paling sering singgah dikuping gue. Gak lihat lokasi, apakah saat di sekolah, di pasar, di rumah, di emperen toko. Dimana aja. Dan itu sambil setengah teriak, gue bisa apa coba.

Cuca adalah nama panggilan gue di sekolah. Kalo Mak sih manggilnya Cua, biar keren katanya (lagi). Gue cewek tulen. Berlesung pipit dan punya tahi lalat didagu. Kata Mak, gue mewarisi kecantikannya yang sirna seketika setelah gue lahir. Teori itu akhirnya gue sepakati semata-mata demi tidak dipotongnya uang jajan selama seminggu. Yang paling teladan dalam diri gue adalah ketika Mak bilang keorang-orang bahwa anaknya ini mandiri. Makan dan tidur sendiri.

Ya udah, segitu dulu ceritanya. Kali ini bukan saatnya untuk tidur berdiri. See U guys, salam dari kamar berukuran 4x4 meter, punya jendela dan catat ya, tidak disewakan.

#ODOPbatch5
#OneDayOnePost
#TantanganODOP
#TantanganKe-4

Sumber Gambar : https://pixabay.com/id/gadis-kartun-lucu-perempuan-anak-1294176/

2 komentar: