Kenalin nama gue Cuaca. Lahir di bulan januari disaat gelap buta. Emak gue akhirnya bangga saat gue lahir punya dua mata. Gue anak ketiga dari satu bersaudara.
Eh? Ya, iyain aja. Si Emak gak suka kalo omongannya gak ada yang bela. Termasuk bapak, yang akhirnya kepaksa urut dada
saat emak maksa bahwa gue harus dikasih
nama Cuaca. Kata Mak sih biar gue dibesarin
seperti cuaca biar keren gitu katanya. Ah entahlah, berdebat dengan emak gak
akan ada habisnya.
Dua hari lalu gue genap berusia 14 belas tahun dan tadi
baru balik dari kantin. Lo bisa nebak
gak jenis kelamin gue apa? Coba dulu
Mak ngasih nama gue Udara. Biar lo gak
bingung gitu nebak–nebak jenis kelamin gue.
Gue tinggal di daerah Kemayoran Lama. Disebuah rumah yang dulunya adalah
sepetak sawah yang ditimbun. Terdiri dari 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan
tidak disewakan.
Ada keahlian khusus yang gue punya dan dijamin lo bakal ngiri. Jadi bakat itu selalu gue praktikin pas upacara bendera.
Karenanya gue dapat reward siswa
terdisiplin ketika upacara.
“Wih keren lo, Cu. Rahasianya apa sih? kok bisa anteng gitu saat berbaris? Membosankan
tau berdiri sampe sejaman” Tanya Amo
teman sekelasku saat makan siang di kantin.
“Mo, sini.” Kataku, sambil
setengah berbisik. “Gue bakal kasih
tau. Tapi ini jadi rahasia kita, ya”
“Ok” Jawabnya ringkas sambil
mengeluarkan jempol kanannya.
“Baca do’a, anggap lo lagi di kasur dan tidur.” Gue ngakak sambil nyeruput es degan yang
terletak di sisi kanan meja. “Demi berhasil mendapatkan jurus ini, selama 4
tahun di SD gue selalu paling akhir
masuk kelas tiap Senin. Karena harus hormat bendera selama 15 menit setelah
upacara selesai. Akhirnya perjuangan gue gak
sia-sia, Mo” Jawabku masih dengan tawa sambil memamerkan sertifikat yang tadi
diperoleh.
Amo membalas dengan tawa yang
tidak kalah gede. Membuat seisi
kantin jadi menoleh.
“Gila, Lo. Dikira khidmat mengikuti upara, malah molor” Katanya masih dengan tawa yang belum juga reda.
Gue hanya mengangkat krah baju belagak sok keren. Aslinya emang keren sih. Itu yang Mak sering bilang ke gue. "Cuaaaa, kamu keren nak." Itu kata-katanya yang paling sering singgah dikuping gue. Gak lihat lokasi, apakah saat di sekolah, di pasar, di rumah, di emperen toko. Dimana aja. Dan itu sambil setengah teriak, gue bisa apa coba.
Cuca adalah nama panggilan gue di sekolah. Kalo Mak sih manggilnya
Cua, biar keren katanya (lagi). Gue cewek
tulen. Berlesung pipit dan punya tahi lalat didagu. Kata Mak, gue mewarisi kecantikannya yang sirna
seketika setelah gue lahir. Teori itu
akhirnya gue sepakati semata-mata
demi tidak dipotongnya uang jajan selama seminggu. Yang paling teladan dalam
diri gue adalah ketika Mak bilang
keorang-orang bahwa anaknya ini mandiri. Makan dan tidur sendiri.
Ya udah, segitu dulu ceritanya. Kali ini bukan saatnya untuk tidur berdiri. See U guys, salam dari kamar berukuran 4x4 meter, punya jendela dan catat ya, tidak disewakan.
#ODOPbatch5
#OneDayOnePost
#TantanganODOP
#TantanganKe-4
Sumber Gambar : https://pixabay.com/id/gadis-kartun-lucu-perempuan-anak-1294176/
Ya udah, segitu dulu ceritanya. Kali ini bukan saatnya untuk tidur berdiri. See U guys, salam dari kamar berukuran 4x4 meter, punya jendela dan catat ya, tidak disewakan.
#ODOPbatch5
#OneDayOnePost
#TantanganODOP
#TantanganKe-4
Sumber Gambar : https://pixabay.com/id/gadis-kartun-lucu-perempuan-anak-1294176/
Lucu😂
BalasHapusWah iya? hhe..makasih bunda sudah singgah :)
Hapus